Jum’at adalah hari keramat dimana banyak orang harus mengeluarkan banyak sedekah dan bersilaturahmi untuk menarik rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah dengan tangan terbuka menjanjikan rezeki bagi setiap hamba dengan balasan 10 kali kelipatan dari kebaikan yang diberikan.
Pekan ini, dan beberapa pekan sebelumnya, hampir seluruh pojok ruang diskusi diisi dengan isu, bisikan, dan tebakan tentang gerbong mutasi, kemana arah dan posisi seseorang akan ditempatkan pada jabatannya.
Jumat awal tahun 2023 sepertinya menjadi point isu mutasi dan harus diakui isu mutasi adalah yang paling seksi dibahas dalam dunia birokrasi dan pemerintahan. Tidak ada alasan lain dari mutasi selain dari proses dinamisasi pemerintahan untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
Artinya, sektor-sektor yang selama ini mengalami perlambatan dan kurang berkontribusi pada akselerasi pembagunan daerah harus didorong dengan merestrukturisasi orang (man) agar dapat memberi hasil maksimal dalam memicu tercapainya visi misi pemerintah daerah.
Seperti dalam permainan catur, mutasi sesungguhnya adalah bagaimana merancang “langkah cerdas” untuk menembus pertahanan lawan dan mengamankan “raja” dengan memanfaatkan berbagai macam kemampuan bidak yang berada disekitar raja.
Ada perdana menteri, Ratu, ada kuda, ada peluncur, benteng, dan pion. Masing-masing bidak memiliki pola langkah yang berbeda-beda. Misalnya, raja dapat melangkah ke segala arah meski hanya boleh satu langkah dan dapat melompati benteng dengan catatan bahwa sang benteng belum digerakkan sama sekali.
Menteri, memiliki langkah yang panjang dan lebih jauh untuk mengamankan raja atau untuk mempersiapkan langkah berikut. kuda, memiliki pola langkah L dalam kotak 2×3 baik dalam rangka membunuh lawan maupun sebagai langkah menghindar.
Demikian juga dengan peluncur yang selalu harus melangkah dalam pola diagonal. Sementara pion, dengan jumlah yang lebih banyak dari yang yang lain, selalu menjadi perintis. Pasukan terdepan dalam rangka membunuh lawan maupun sebagai pelindung.
Meski demikian, apabila pion dapat mencapai garis terakhir maka ia dapat menukar dirinya menjadi bidak apa saja sesuai dengan yang dibutuhkan selama memiliki warna yang sama. Bisa kuda, peluncur, maupun Mentri maka itu boleh. Semuanya dirancang untuk mencapai kemenangan.
Kemampuan menempatkan bidak pada sebuah posisi tidak hanya untuk melindungi raja dalam satu waktu. Tetapi harus meliputi dua tiga waktu ke depan. Pada posisi ini, beberapa bidak “terpaksa” harus dikorbankan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.
Apakah hal itu salah?
Tidak ada yang salah. Selama sang pemegang bidak merasa itu adalah cara paling baik untuk mempertahankan diri dan mengalahkan lawan maka langkah-langkah yang diambil selalulah dianggap benar. Karena “main brain” nya ada pada sang pengatur bidak, sekaligus pemilik otoritas didalam memutuskan dan memindahkan bidak-bidak yang dia miliki, dengan satu tujuan, keluar sebagai sang juara.
Demikian juga dalam proses mutasi. Bupati memiliki landasan seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, dalam melakukan perencanaan mutasi pada jajaran pegawai negeri sipil yaitu; berdasarkan kompetensi, pola karier, pemetaan pegawai kelompok rencana suksesi (talent pool), perpindahan dan pengembangan karier, penilaian prestasi kerja/kinerja dan perilaku kerja, kebutuhan organisasi, dan sifat pekerjaan teknis atau kebijakan sesuai klasifikasi jabatan.
Siapa dan dimana seseorang ditempatkan menurut peraturan di atas akan sangat bergantung pada bagaimana seorang Bupati dan wakilnya merasa “aman dan nyaman” terhadap orang yang akan membantunya dalam menjalankan program-program kerja kedepan. Karena Bupati dan wakilnya sebagai pemegang mandat rakyat akan selalu ditagih seberapa besar capaian kinerjanya selama lima tahun menjabat.
Dari proses mutasi yang kabarnya akan dilaksanakan pada awal tahun ini maka akan keluar formasi terbaru untuk menjawab tantangan rakyat.
Dapatkah Kabinet “Jarapasaka” yang baru menghasilkan Dompu yang “Mashur?”
Pengembangan Program jagung, porang, Padi, sapu, dan ikan sekaligus sebagai program unggulan daerah sebagaimana tercantum dalam RPJMD adalah alat bagi AKJ -SYAH untuk mencapai Dompu yang Mandiri, sejahtera, Unggul, dan Religius.
Meski orang (man) bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan program, namun tetap saja mereka menjadi poin penting karena dapat menggerakkan potensi-potensi lain yang dapat dimanfaatkan keberhasilan program. Sebut saja bagaimana kemampuan pejabat struktural dalam mendatangkan program-program dari pusat untuk mendukung program daerah.
Lalu, bagaimana para pejabat struktural ini mampu membuat inovasi program yang berpengaruh langsung terhadap terdongkraknya program Jarapasaka. Dan yang paling menentukan adalah bagaimana para pejabat yang baru diangkat memiliki loyalitas dan integritas terhadap pimpinan dan jabatan yang dia emban.
Buat saya sendiri, saya menunggu langkah en pasent yang diambil oleh sang master main. Karena itu akan menjadi pertanda bahwa kabinet baru akan sangat menarik!
Besar harapan saya bahwa bidak-bidak yang ditempatkan tidak berefek pada skakmat, tetapi sebaliknya memperoleh kemenangan.
Menarik untuk ditunggu !!!
54 total views, 2 views today